Jiwa-jiwa yang merana
Pilar-pilar itu tetap berdiri dengan angkuh
Menghalangi pandangan jiwa yang kosong
Menjerit lengking teriakan ditenggorokan
Menggapai tangan malang tak meraih
Adakah pilar itu mau berjalan dan pergi
Memberikan ruang pandang yang luas bagi jiwa yang rapuh
Kesombongan piar-pilar cinta terus menginjak – kepala sang pengembara
Sebuah kisah tentang sebuah kekecewaan kanyataan
Pahit, perih dan pilu untuk sebuah ketulusan
Tetap bertahankah sang pengembra pada makna ketulusan
Ataukah terbahawa angkuhnya pilar-pilar yang sombong
Atas nama cinta Yang terbungkus dngan kilatan dingin hasrat binatang
Sebuah kisah pengembara yang mengagungkan kesucian hati
Sebuah kisah yang patah
Dari hati rapuh yang membara dalam kerasnya hidup
Untuk sebuah ketulusan yang terenggut kesombongan kesempurnaan
Untuk sisa nafas yang terengah dalam kebaikan yang terakhir
Untuk pilar yang angkuh dan kejam
Dari pengembara yang rapuh…….
Indramayu, 26 -12-06
Menghalangi pandangan jiwa yang kosong
Menjerit lengking teriakan ditenggorokan
Menggapai tangan malang tak meraih
Adakah pilar itu mau berjalan dan pergi
Memberikan ruang pandang yang luas bagi jiwa yang rapuh
Kesombongan piar-pilar cinta terus menginjak – kepala sang pengembara
Sebuah kisah tentang sebuah kekecewaan kanyataan
Pahit, perih dan pilu untuk sebuah ketulusan
Tetap bertahankah sang pengembra pada makna ketulusan
Ataukah terbahawa angkuhnya pilar-pilar yang sombong
Atas nama cinta Yang terbungkus dngan kilatan dingin hasrat binatang
Sebuah kisah pengembara yang mengagungkan kesucian hati
Sebuah kisah yang patah
Dari hati rapuh yang membara dalam kerasnya hidup
Untuk sebuah ketulusan yang terenggut kesombongan kesempurnaan
Untuk sisa nafas yang terengah dalam kebaikan yang terakhir
Untuk pilar yang angkuh dan kejam
Dari pengembara yang rapuh…….
Indramayu, 26 -12-06
Post a Comment