Header Ads

MENTALITAS WIRAUSAHAWAN I

sebagai seorang management.. (wew masih kuliah bro).. aku punya "mimpi indah" setelah lulus.. dan aku yakin setiap orang pasti punya "mimpi indah" apapun itu.. mimpi bisa kerja yang diinginkan, mimpi kerja di perusahaan multinasional, mimpi kerja di perbankan, mimpi menjadi wirausahawan sukses, dan mimpi-mimpi laen yang menjadi bunga tidur para mahasiswa ekonomi laen.. begitu juga aku donk.. dan aku memilih mimpi yang terakhir.. yups.. mimpiku adalah menjadi wirausahawan sukses kalo bisa sih di bidang usaha jasa dan perdagangan komputer wkwkwkwk.. coz udah hoby sih.. malah ketertarikan dalam hal ilmu lebih condong di ilmu per-komputeran dari pada per-manajemenan.. kalo di bidang manajemen (jurusan yang aku ambil) standar aja.. susah sih ya kalo harus bandingin HOBY or KEWAJIBAN.. (kewajiban belajar seorang mahasiswa).. temen-temen pasti milih HOBY.. iyakan..iyakan..???!! nah kepengen juga donk bekerja sambil salurin hoby.. kaya musisi gitu.. or pekerja seni laen.. yups.. apapun itu tanpa kita sadari masyarakat kita yang sudah sering diterpa badai krisis ekonomi.. kecenderungannya udah berubah..! dulu masyarakat kita cenderung milih bekerja sebagai karyawan or PNS.. tapiii.. sekarang kecenderungan itu mulai bergeser ke arah wirausaha.. ya walaupun karena pengaruh nyari kerja susah gitu.. tapi kita harus sambut positif.. hal ini merupakan angin segarrr.. tidak sedikit dari mereka sukses dan bisa menciptakan lapangan kerja bagi orang laen.. hal ini karena dukungan dari pemerintah juga dengan kebijakan mengalokasikan dana bagi sektor riil.. yaitu UKM alias pengusaha menengah dan kecil.. wew.. walaupun kecil kan bisa jadi besar juga iyakan..?? contoh: di indramayu ada pedagang nasi goreng yang sukses dari pertama yang jualanya keliling dengan gerobak sampai sekarang dia udah punya kios tetap dan milik sendiri.. dan sudah memiliki karyawan juga.. hebatkan.. !! ada juga di cirebon pedagang "Empal Gentong" yang sukses sampai jadi restoran..dan juga ada pedagang "susu bandrek" di tempat nongkrong indramayu alias Sport Center (SC) yang omset permalam udah jutaan.. dan jualanya udah macem2 makanan.. padahal berangkat dari berjualan sudrek aja..

Nah... hal itu juga yang meng-inspirasikan diriku untuk berwirausaha..tentunya sesuai dengan kemampuanku.. ya... walaupun masih "maju mundur" gituu.. hehehe.. (banyak mundurnya iya.) yups.. aku buka LPK kursus komputer.. wew.. walau masih bisa dikit tentang komputer kuberanikan untuk diajarkan ke orang laen.. (ilmukan harus di amalkan supaya bisa brkembang tul gak..) nah.. bagi temen2 yang butuh referensi untuk berwirausaha aku akan bahas tentang "Mental Wirausaha" loh.. kok mental kayak tukang sulap aja "master mentalis dedi corbuzier"..wew ini laen bro.. ini aku baca juga dari artikel yang di internet sumbernya aku lupa.. maaf ya.. aku simpennya copas pake word sih.. hehehe.. lanjut yuu..

ada beberapa alternatif yang dapat dipilih untuk mewujudkan mimpi tersebut. Beberapa alternatif tersebut diantaranya:


1. Menjadi wirausahawan mandiri
Untuk menjadi seorang wirausahawan mandiri, berbagai jenis modal mesti dimiliki. Ada 3 jenis modal utama yang menjadi syarat:

(1) sumber daya internal yang merupakan bagian dari pribadi calon wirausahawan misalnya kepintaran, ketrampilan, kemampuan menganalisa dan menghitung risiko, keberanian atau visi jauh ke depan.

(2) sumber daya eksternal, misalnya uang yang cukup untuk membiayai modal usaha dan modal kerja, social network dan jalur demand/supply, dan lain sebagainya.

(3) faktor X, misalnya kesempatan dan keberuntungan. Seorang calon usahawan harus menghitung dengan seksama apakah ke-3 sumber daya ini ia miliki sebagai modal. Jika faktor-faktor itu dimilikinya, maka ia akan merasa optimis dan keputusan untuk membuat mimpi itu menjadi tunas-tunas kenyataan sebagai wirausahawan mandiri boleh mulai dipertimbangkan.

2. Mencari mitra dengan “mimpi” serupa.

Jika 1 atau 2 jenis sumber daya tidak dimiliki, seorang calon wirausahawan bisa mencari partner/rekanan untuk membuat mimpi-mimpi itu jadi kenyataan. Rekanan yang ideal adalah rekanan yang memiliki sumber daya yang tidak dimilikinya sendiri sehingga ada keseimbangan “modal/sumber daya” di antara mereka. Umumnya kerabat dan teman dekatlah yang dijadikan prospective partner yang utama sebelum mempertimbangkan pihak lainnya, seperti beberapa jenis institusi finansial diantaranya bank.

Pilihan jenis mitra memiliki resiko tersendiri. Resiko terbesar yang harus dihadapi ketika berpartner dengan teman dekat adalah dipertaruhkannya persahabatan demi bisnis. Tidak sedikit keputusan bisnis mesti dibuat dengan profesionalisme tinggi dan menyebabkan persahabatan menjadi retak atau bahkan rusak. Jenis mitra bisnis lainnya adalah anggota keluarga; risiko yang dihadapi tidak banyak berbeda dengan teman dekat. Namun, bukan berarti bermitra dengan mereka tidak dapat dilakukan. Satu hal yang penting adalah memperhitungkan dan membicarakan semua risiko secara terbuka sebelum kerjasama bisnis dimulai sehingga jika konflik tidak dapat dihindarkan, maka sudah terbayang bagaimana cara menyelesaikannya sejak dini sebelum merusak bisnis itu sendiri.

Mitra bisnis lain yang lebih netral adalah bank atau institusi keuangan lainnya terutama jika modal menjadi masalah utama. Pinjaman pada bankdinilai lebih aman karena bank bisa membantu kita melihat secara makro apakah bisnis kita itu akan mengalami hambatan. Bank yang baik wajib melakukan inspeksi dan memeriksa studi kelayakan (feasibility study) yang kita ajukan. Penolakan dari bank dengan alasan “tidak feasible” bisa merupakan feedback yang baik, apalagi jika kita bisa mendiskusikan dengan bagian kredit bank mengenai elemen apa saja yang dinilai “tidak feasible”. Bank juga bisa membantu kita untuk memantau kegiatan usaha setiap tahun dan jika memang ada kesulitan di dalam perusahaan, bank akan mempertimbangkan untuk tidak meneruskan pinjamannya. Ini merupakan “warning” dan kontrol yang bisa menyadarkan kita untuk segera berbenah. Wirausahawan yang “memaksakan” bank untuk memberi pinjaman tanpa studi kelayakan yang obyektif dan benar akhirnya sering mengalami masalah yang lebih parah. Agunan (jaminan) disita, perusahaan tidak jalan, dan hilanglah harapan untuk membuat mimpi indah menjadi kenyataan. Kejadian seperti ini sudah sangat sering terjadi, dalam skala kecil maupun skala nasional. Pinjaman seringkali melanggar perhitungan normal yang semestinya diterapkan oleh bank sehingga ketika situasi ekonomi tidak mendukung, sendi perekonomian mikro dan makro pun turut terbawa jatuh.

3. Menjual mimpi itu kepada wirausawahan lain (pemilik modal)

Jika teman atau kerabat yang bisa diajak bekerjasama tidak tersedia (entah karena kita lebih menghargai hubungan kekerabatan atau persahabatan atau karena memang mereka tidak dalam posisi untuk membantu) dan tidak ada agunan yang bisa dijadikan jaminan untuk memulai usaha anda, ada cara lain yang lebih drastis, yaitu menjual ide atau mimpi indah itu kepada pemilik modal. Kesepakatan mengenai bagaimana bentuk kerjasama bisa di lakukan antara si pemilik modal dan penjual ide. Bisa saja pemilik modal yang memodali dan penjual ide yang menjalankan usaha itu, bisa juga penjual ide hanya menjual idenya dan tidak lagi terlibat dalam usaha itu. Jalan ini biasanya diambil sesudah cara lainnya tidak lagi memungkinkan sedangkan ide yang kita miliki memang sangat layak diperhitungkan.

Ketiga cara di atas selayaknya dipikirkan sebelum seseorang mengambil keputusan untuk menjadi wirausahawan. Tanpa pemikiran mendalam, pengalaman pahit akan menjadi makanan kita. Banyak usaha yang akhirnya gulung tikar sebelum berkembang. Contohnya, pada tahun 1998, penduduk Jakarta tentu masih ingat akan trend “kafe tenda” sebagai reaksi atas Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang saat itu banyak terjadi. Tiba-tiba saja banyak mantan karyawan perusahaan beralih profesi menjadi wirausahawan. Bahkan usaha tersebut ramai-ramai diikuti oleh pula oleh para selebritis. Trend ini tidak mampu bertahan lama. Banyak “usaha dadakan” ini terpaksa gulung tikar. Entah kemana para wirausahawan baru kita ini akhirnya menggantungkan nasibnya sekarang. wew ngantuk nih... lanjut pada postingan selanjutnya ya.. :D

7 komentar:

  1. sebagai warga negara yg bermartabat....kita harus mempunyai jiwa yg kuat...dan tidak mengandalkan bantuan dari pemerintah...karena kita dapat berdiri sendiri....jangan susahkan pemerintah dg permasalahan individu....

    BalasHapus
  2. maaf OOT.. gk pada mlm mngguan apahh??!?!?!

    BalasHapus
  3. faktor X adalah faktor menyealkan yg memang harus ada di tiap kesempatan :( fiuhhh... :(

    BalasHapus
  4. @genial: yupss.. betul banget tapi faktor x bisa diminimalisir loh dengan semangat belajar untuk mencermati setiap inci pengalaman berwirausaha..

    @hapia mesir: hehehe.. tapi sebagai rakyat kita juga boleh donk menuntut kesejahteraan.. meskipun pada akhirnya kita juga yang harus ber-usaha memperbaiki taraf hidup kita..

    thaks untuk sobat yang udah koment ya.. muakacii..

    BalasHapus
  5. salam kenal mas...salut deh mas,blognya keren banget...bagi2 ilmu donk mas...hebat,padahal mas cuma hobi,saya yg kuliah jur informatika aja ga bisa bikin web sekeren ini...keren!!salut deh!!
    tuker link ya mas :
    http://zonacellular.co.cc/
    http://zonatampan.blogspot.com/

    BalasHapus
  6. @dwiky: lam kenal juga mas.. hehe bisa aja.. biasa ajalah mas.. masih amburadul ini kok.. blog jarang ke urus gara2 ada FB hihihi,, tukeran link ya.. boleh deh.. :))

    BalasHapus
  7. mas dwiki ... linknya udah di pasang ya.. thanks dah visit ya :D

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.